- Membaca buku pelajaran sesering mungkin ketika mempunyai waktu luang dan tidak perlu lama - lama.
- Rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh para guru. Secepatnya diselesaikan agar tidak mempunyai tanggungan.
- Berdoa dan berusaha untuk mendapat ridho dari Allah SWT.
sherly octa
Kamis, 16 Desember 2010
5. Kiat-kiat Menghindari Minimnya Nilai Pelajaran Normatif dan Adaptif
Agar mendapat nilai tuntas dalam pelajaran normatif maupun adaptif, kita harus melakukan langkah - seperti berikut :
4. Malas Belajar; Penyakit Kambuhan dan Solusinya
1. Sekarang bersekolah telah melebihi pekerjaan purnawaktu dan anak membutuhkan porsi waktu santai yang lebih besar.
2. Kebanyakan proses pembelajaran di sekolah masih mengandalkan metode penghafalan dan penjelasan yang abstrak. Metode ini sangat kontras dengan permainan anak yang merangsang kreativitas. Itu sebabnya banyak anak tidak menyukai pelajaran sekolah dan memilih bermain.
3. Secara kodrati, memang anak berada pada tahap kehidupan di mana tugas utamanya adalah bermain, bukan belajar. Dengan kata lain, belajar merupakan tugas yang bertentangan dengan kodrat manusiawi anak.
2. Kebanyakan proses pembelajaran di sekolah masih mengandalkan metode penghafalan dan penjelasan yang abstrak. Metode ini sangat kontras dengan permainan anak yang merangsang kreativitas. Itu sebabnya banyak anak tidak menyukai pelajaran sekolah dan memilih bermain.
3. Secara kodrati, memang anak berada pada tahap kehidupan di mana tugas utamanya adalah bermain, bukan belajar. Dengan kata lain, belajar merupakan tugas yang bertentangan dengan kodrat manusiawi anak.
3. Prestasi dan Nilai Minus SMK Negeri 6 Surabaya
Banyak prestasi yang diperoleh smkn6 dari semua jurusan yang ada. Seperti di jurusan Akomodasi Perhotelan, prestasi yang diraih berupa psg atau magang diluar negeri seprti Malaysia. Dengan segala fasilitas yang dimiliki smkn6, para siswa dapat menciptakan sebuah karya - karya baru yang menjadi kebanggaan dan prestasi dari smkn6
Minus dari smkn6, banyak siswa yang di Drop Out dari sekolah dengan berbagai permasalahan dari masing - masing siswa.
Minus dari smkn6, banyak siswa yang di Drop Out dari sekolah dengan berbagai permasalahan dari masing - masing siswa.
2. Rasa Aman di Sekolah; Batasan-batasan dan Langkah Konkretnya
Sekolah belum bisa dikatakan aman jika masih banyak siswa - siswa yang mengeluh kehilangan barang berharga mereka. Untuk mengantisipasi hal ini sebaiknya jika ingin atau akan meninggalkan kelas, hendaknya untuk membawa barang berharga kemanapun kita pergi, seperti ke kantin. maupun pelajaran yang dilakukan diluar kelas.
1. AIDS; Permasalahan dan Solusinya
Apa yang terbayang di benak kita apabila mendengar kata-kata “AIDS”? Pasti yang pertama kali ada di pikiran kita AIDS merupakan jenis penyakit yang mematikan, mengerikan, bahkan membahayakan bila terjangkit pada manusia. Sampai sekarang penyakit ini belum ditemukan obatnya, tetapi penderita AIDS di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian Centres for Disease Control and Prevention, tiap menit setidaknya ada 4 orang di dunia usia 15-24 tahun terinfeksi virus HIV, hingga Desember 2006 total penderita HIV/AIDS di dunia mencapai 39,5 juta. Sedangkan di Indonesia sendiri tercatat 11.604 kasus (Sept,2006), diperkirakan kasus sebenarnya 90-120 ribu (P2ML&PL Depkes RI). Bisa dibayangkan bila angka penderita HIV/AIDS semakin meningkat di negeri ini, maka dapat dipastikan Indonesia akan kehilangan asset yang paling berharga yaitu generasi bangsa yang tangguh dan berkualitas di masa yang akan datang.
Untuk menghambat penyebaran HIV/AIDS agar tidak semakin menjalar di negeri ini, haruslah kita mengetahui apa yang menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV diantaranya: Pertama, Perilaku Seks Bebas Sebagai Transmisi Utama HIV/AIDS (Survey CDC, Des 2002 dan KPAN 2003). Di Indonesia virus HIV/AIDS pertama kali masuk dibawa oleh turis yang berada di Bali. Kedua, Penyalahgunaan Narkoba Beresiko Terinfeksi HIV Karena Seks Bebas. Umumnya penderita tertular virus HIV melalui penggunaan jarum suntik bersama dan aktif melakukan seks bebas akibat “loss control” sehingga resiko tertular virus HIV semakin tinggi. Ketiga, Penularan HIV/AIDS Sebagai Akibat “Efek Spiral” Perilaku Seks Bebas yaitu melalui transfusi darah, ASI, alat-alat kedokteran, hubungan suami isteri yang sudah tertular karena seks bebas. Sehingga tidaklah heran, apabila banyak ditemukan 3000 bayi lahir dengan mengidap HIV positif. Keempat, Mewaspadai Penularan Virus HIV Melalui ODHA. Penularan virus HIV ternyata dapat terjadi apabila ada kontak antara cairan tubuh ODHA (terutama darah, semen, sekresi vagina dan ASI) dengan luka terbuka pada seseorang yang sehat walaupun berupa luka kecil. Sedangkan caira tubuh lain seperti urine, air mata, air ludah, keringat dan feses tergolong penularan HIV berisiko rendah selama tidak terkontaminasi oleh darah ODHA.
UPAYA PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Tidak kita pungkiri, bahwa seks bebas dan penyalahgunaan narkoba sangat erat kaitannya dengan penularan HIV/AIDS. Lihat saja, lokalisasi di kawasan gang dolly dan berbagai diskotek-diskotek di wilayah Surabaya, berapa banyak akses penjualan narkoba dan seks bebas terjadi disana. Razia-razia yang dilakukan aparat kepolisian tidaklah cukup mengehentikan penyebaran visrus penyakit ini. kampanye kondomisasi yang dieluh-eluhkan dapat mengatasi pencegahan HIV/AIDS yang ditunjang dengan pendirian ATM kondom ternyata tetap tidak membawa hasil yang signifikan. Kondom bukanlah penyelesaian tuntas, kondom tidak efektif sebagai pencegah penularan virus HIV. Karena pori-pori kondom besarnya 600 kali lebih besar dibanding besar virus HIV. Selain itu, kondom sensitif terhadap perubahan suhu. Sehingga, penggunaan kondom semakin meningkatkan laju infeksi HIV dan menyuburkan seks bebas.
Penerapan ide liberalisme di negeri ini, semakin menambah daftar panjang perusakan generasi bangsa. Akibat diadopsinya budaya barat seperti seks bebas menimbulkan berbagai permasalahan mulai kehamilan di luar nikah, aborsi, stress, bunuh diri dan kehanciran keluarga. Untuk itu, hendaknya kita lebih waspada terhadap budaya yang bersifat merusak generasi bangsa. Pencegahan penularan HIV/AIDS tidak bisa tidak harus diselesaikan dengan penyelesaian yang menyeluruh dan komprehensif bukan parsial. Ideologi sekular/kapitalis yang banyak diemban oleh beberapa negara ternyata tidak berhasil membawa bangsa ini bermatabat. Kebebasan berperilaku yang diagung-agugkan semakin membuat negeri ini terpuruk dan bakal dipastikan kehilangan generasi bangsa yang berkualitas. Hal ini berbeda dengan Islam sebagai ideologi yang terbukti dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas.
9. TKI/TKW antara penghasil devisa, kekerasan terhadap pekerja, dan perlindungan serta jaminan hukum dari pemerintah
Dari tahun ke tahun, kondisi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri masih memperlihatkan kondisi menderita dan tereksploitasi di diri para pekerja migran itu. Perlindungan pekerja migran Indonesia memang masih menjadi hal yang kompleks, namun sebetulnya bukan sulit tidak sulit, melainkan serius atau tidak Pemerintah dan pemangku kepentingan mengatasinya.
Hingga tahun 2010, tidak kurang dari 6 juta warga negara Indonesia yang mengadu nasib sebagai pekerja migran di luar negeri. Sebagian terbesar yaitu 80 persen adalah perempuan dan 70 persen dari TKW Indonesia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Arab Saudi menjadi negara tujuan penempatan TKI terbesar di kawasan Timur Tengah. Sementara Malaysia menjadi negara tujuan penempatan TKI terbesar di kawasan Asia Pasifik.
Seperti diketahui, pekerja migran Indonesia masih banyak dirundung malang. Tidak hanya ketika bekerja pada majikannya di negara penempatannya, namun TKI terlebih TKW (tenaga kerja wanita) asal Indonesia, banyak mengalami eksploitasi, penipuan, penyiksaan dan kriminalisasi, mulai dari saat rekrutmen, penempatan, bekerja, hingga saat kembali ke tanah air. Hingga awal tahun 2010 saja, menurut data Migrant Care tidak kurang dari 2.878 TKI mengalami kekerasan di seluruh negara penempatan. Sementara setidaknya 215 orang TKI meninggal ketika bekerja di Arab Saudi dan 683 orang di Malaysia.
Temuan Migrant Care tentang tipologi masalah TKI di negara-negara penempatan adalah sebagai berikut. Tipikal masalah TKI di Malaysia adalah legalitas pekerja, di Hongkong mayoritas adalah upah rendah, di Taiwan banyak gaji TKI tidak dibayar dan pemutusan hubugan kerja (PHK) sepihak, di Singapura TKI banyak terjebak dalam rekrutmen untuk penyelundupan (smugling in person) dan di Arab Saudi TKI terutama TKW banyak mengalami kekerasan fisik dan pelecehan seksual.
Masalah kesejahteraan pekerja migran Indonesia, termasuk perlindungan keselamatan dan hak-hak mereka sebagai pekerja, menjadi hal yang kompleks. Masalah yang harus dibenahi meliputi banyak hal.
Pertama, kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dari pekerja migran Indonesia. Mayoritas pekerja migran Indonesia yang dikirim ke luar negeri direkrut dari pedesaan, di mana tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Belum lagi diskriminasi akses pendidikan perempuan yang terpinggirkan, sementara mayoritas yang dikirim bekerja ke luar negeri adalah perempuan. Kualitas dan kapasitas pekerja migran Indonesia yang terutama adalah minimnya kemampuan bahasa yang menjadi bahasa komunikasi di negara penempatan. Selain itu, penguasaan ketrampilan menggunakan perkakas kerja yang semakin canggih, membuat pekerja migran Indonesia sering membuat kesalahan dalam kerja, yang dampaknya memicu kemarahan pihak majikan.
Kegagalan komunikasi karena pekerja tidak memiliki kemampuan bahasa yang digunakan di negara penempatan, membuat hubungan antara majikan dan pekerja menjadi penuh ketegangan dan kekecewaan. Dampaknya, majikan menjadi rawan melakukan perlakuan salah (abuse) terhadap pekerja berupa hukuman fisik, kekerasan verbal, hingga penyiksaan dan pelecehan; bahkan akhirnya menjadi kerap dilakukan tanpa alasan atau sebab yang jelas lagi.
Kedua, kebijakan Pemerintah yang menempatkan TKI sebagai komoditas penghasil devisa dan remitansi, mendorong pengiriman sebanyak-banyaknya tenaga kerja upah murah ke luar negeri. Secara psikologis pun, pekerja murah rawan menjadi korban pelecehan martabat kemanusiaannya. Pemerintah harus menegakkan martabat TKI dengan menghentikan kebijakan ekspor tenaga kerja murah.
Ketiga, “mafia” rekrutmen, pengiriman, dan penempatan TKI ke luar negeri, di mana banyak pihak yang mengambil keuntungan (baik agen resmi maupun tidak resmi, dengan memungut biaya di atas tarif resmi), membuat nasib TKI lagi-lagi menjadi obyek eksploitasi yang jauh dari jaminan perlindungan apalagi kesejahteraan. Pemerintah harus memberantas mafia TKI baik di dalam maupun di luar birokrasi Pemerintah.
Apabila ketiga permasalahan tersebut di atas masih belum dibenahi, namun Pemerintah masih membuka kran ekspor pekerja migran Indonesia ke luar negeri, artinya Pemerintah memang tutup mata. Artinya pula, Pemerintah hanya tahu mengeksploitasi SDM murah dan membiarkan SDM Indonesia tidak berkualitas dan kapasitas, sehingga menjadi bulan-bulanan dan obyek perundungan di negeri seberang. Untuk itu, setiap kali ada TKI kembali ke kampung halaman hanya tinggal nama dan tubuh dalam peti jenazah, Pemerintah pantaslah dituntut pertanggungjawabannya.
8.Pegawai yang ideal dalam pandangan siswa
Pegawai yang ideal dalam pandangan siswa adalah pegawai yang senantiasa tulus dan selalu mengerjakan pekerjaannya dengan senang hati dan tidak mudah mengeluh. Seorang pegawai dapat menempatkan dirinya dengan baik dan membuat orang - orang yang mengenalnya menjadi senang bergaul dengannya.
Pegawai ideal mempunyai penampilan yang menarik yang dapat memberikan inspirasi kepada orang - orang yang melihatnya.
Pegawai ideal mempunyai penampilan yang menarik yang dapat memberikan inspirasi kepada orang - orang yang melihatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)